Selamat Datang di Konsep Pemenang
--blogspot.com--

Minggu, 08 Desember 2013

Menerjang Logika Manusia

Kenalkah Anda dengan Al Qura’an, Kitab Suci Al Qur’an? Kalau jawaban Anda adalah ‘iya’, maka Anda benar-benar beruntung. Sebab dalam tulisan ini saya berniat menjadikan Kitab Suci tersebut sebagai salah satu inspirasi, yang mudah-mudahan bermanfaat bagi para pembaca lainnya. Namun, saya menjamin tidak memiliki maksud untuk mendiskriminasikan sedikitpun para pemeluk agama lain. Karena, keyakinan saya melarang dengan tegas untuk berlaku semena-mena terhadap orang-orang yang berbeda agama. Itulah Islam, agama rahmatan lil ‘alamin, yang ingin saya kenalkan lebih jauh dalam tulisan ini.
Menurut Anda, berapa jumlah halaman tiap-tiap Al Qur’an di dunia? Yap, rata-rata Al Qur’an di seluruh dunia ini berisikan 600 halaman yang memuat lebih dari 6000 ayat. Kira-kira mungkinkah seorang anak yang belum genap berusia 17 tahun mampu menghafalkannya dalam tempo 3 tahun? Bisakah seorang remaja tanggung menghafal isi Al Qur’an yang berbahasa Arab itu dalam waktu singkat? Pasti tanggapan yang Anda miliki berbeda-beda. Walau saya sangat yakin, jika mayoritas pembaca akan memilih kata ‘mustahil’ sebagai jawabannya.
Nah, saya disini akan berusaha membalikkan anggapan tersebut dengan kisah nyata hasil pengalaman teman sejawat saya. Tentunya dengan segunung harapan agar nantinya dapat menjadi sumber inspirasi yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa kedepannya. Lho, apa hubungannya kisah seorang penghafal Al Qur’an dengan kemajuan masyarakat Indonesia dimasa mendatang? Simaklah, niscaya Anda akan mengerti... J
Tokoh utama kita kali ini sebut saja bernama Kak Yamin. Ia adalah salah seorang partner yang saya temui saat mondok di sebuah Pondok Pesantren di kawasan Jawa Tengah. Oh ya, saya lupa memberitahu Anda jika pondok saya ini lumayan ‘killer’. Bukan dalam artian para pengasuhnya yang kejam, namun merujuk pada syarat kenaikan kelas yang cukup ketat. Sudah menjadi aturan baku, bahwa siapa saja yang gagal menyetorkan hafalan Al Qur’an sebanyak 10 juz, maka otomatis ia gagal untuk naik ke tingkat berikutnya. Terbayang betapa susahnya?  Ditambah lagi, dengan kurikulum sekolah yang hanya menyediakan kelas program IPA saja. Semua beban itu selalu kami anggap sebagai bahan survive yang kelak pasti akan bermanfaat saat kami hidup di dunia yang sesungguhnya.
Nah, Kak Yamin itu adalah orang yang paling susah dalam menghafal Al Qur’an se-angkatan. Ia membutuhkan 4 kali lipat waktu lebih banyak dibandingkan dengan yang lain. Meskipun, di kelas ia termasuk seorang jagoan ‘garda depan’, namun hal yang sama tidak berlaku dalam proses menghafal Kitab Suci itu. Karena hukum ketepan dalam menghafal Al Qur’an adalah hukum langit yang meliputi KESABARAN, KEULETAN, dan KETEKUNAN, bukan keenceran otak semata.
Kak Yamin sadar, jika ia mengikuti manajemen waktu teman-temannya yang lain maka ia akan segera tereleminasi alias gugur dalam kenaikan kelas berikutnya. Oleh karena itu, ia melakukan usaha berkali-kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan orang lain. Ia menghafal di kala yang lain sedang bermain, bersenda gurau, bahkan disaat mereka semua tertidur. Dan itu semua dilakoninya dengan sabar selama 3 tahun berturut-turut.
Siapa yang menanam,niscaya ia akan memetik hasilnya. Pepatah itu juga berlaku terhadap Kak Yamin. Sekarang ia dapat menikmati hasil jerih payahnya dengan bangga. Ia sukses menghafal 30 Juz Al Qur’an dalam kurun waktu yang ditentukan. Bahkan, hafalannya tergolong lebih lancar dibandingkan dengan beberapa teman yang selesai terlebih dahulu.
Bayangkan, apa jadinya Indonesia jika setiap pemudanya memiliki semangat menghafal seperti itu? Bukan hanya Kitab Suci masing-masing agama tentunya, tapi juga buku-buku para cendekiawan berpengaruh di dunia. Jika menghafal dirasa terlalu berat, maka sekedar membaca adalah solusi berikutnya. Jika 1 penduduk Indonesia mampu menguasai 1 buku saja, berapa banyak cabang ilmu pengetahuan yang akan dikuasai negeri ini? Setidaknya, mari kita mulai hal-hal semacam itu dengan semangat menggebu-gebu layaknya Kak Yamin tadi. Semangat yang sama dengan semangat para pendiri bangsa ini: Ir.Soekarno, Moh.Hatta, hingga Muh.Yamin. Yaitu semangat: Menerjang batas-batas Logika Manusia!!

Dikutip dari tulisan penulis di situs inspirasi.co dengan link: http://inspirasi.co/forum/post/1935/menerjang_logika_manusia

share ya...semoga bermanfaat....^^

Minggu, 01 Desember 2013

SOLO: Kota dengan Dua Wajah

Hey kawan, sudah pernahkah Anda mampir ke kota kami, Solo? Atau malah pernah tinggal di kota yang dijuluki sebagai The Spirit of Java ini? Atau  sempatkah Anda barang sejenak meluangkan sedikit waktu untuk mengamati kota asal Joko widodo ini? Kalau salah satu jawaban Anda adalah ‘iya’, berarti seharusnya Anda paham dengan judul diatas. Namun jika seluruh jawaban Anda adalah kata ‘tidak’, maka bersiap-siaplah kecewa. Karena bisa jadi Anda memiliki persepesi yang salah dengan judul diatas. Piye bro, sudah  bisa menangkap apa yang akan saya ulas kan?



Jujur, sekian tahun tinggal di kota yang dulunya merupakan pusat pemerintahan Jaka Sembung, eh Jaka Tingkir ini, membuat saya sadar akan berbagai keunikan khas kota Solo ini. Yang mana keunikan ini sangat jarang saya dapati di berbagai daerah lain seantero Indonesia. Saya akhirnya memahami jika ternyata kota Solo ini memiliki 2 wajah yang saling berlawanan!! Gimana, pada penasaran kan?  Yaudah, lanjut aja baca artikel ini sampai tuntas... :p

Tatanan kota Solo, dari ujung ke ujung, ternyata menyimpan berbagai pesona yang menakjubkan. Karena kota ini mampu mewujudkan sisi modern dari sebuah permukiman manusia yang luar biasa hebat. Terbukti dengan menjamurnya berbagai pusat perbelanjaan di kota Solo ini. Mulai dari Solo Grand Mall di pusat kota, hingga Solo Squere yang berada di sekitar daerah perbatasan Solo-Sukoharjo. Ditambah pula dengan maraknya bermacam-macam hotel berbintang, restoran mewah, dan hunian-hunian berbentuk apartemen. Komoditas transportasi massal pun dari ke hari semakin mapan dan terus membaik. Apalagi berbagai kemajuan ini ditunjang dengan letak geografis kota Solo yang begitu strategis. Dimana kota Solo menjadi penghubung utama terhadap arus kendaraan yang menuju Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Sehingga wajar, jika kota Solo menjadi jujukan utama bagi para pelancong maupun para pebisnis yang secara tidak langsung turut serta mengembangkan kota Solo hingga menjadi seperti saat ini.


Festival Seni di Taman Sriwedari

Tapi Kawan, satu hal yang membuat Kota Solo berbeda dengan kota-kota modern lainnya ialah sisi tradisional yang masih terasa begitu kental mewarnai budaya masyarakatKota Solo ini. Traditional Touching alias sentuhan budaya tradisional yang ada di kota Solo mampu terus berkembang melengkapi setiap jengkal kemajuan perdaban kota Solo. Bukan malah tergerus terimpit persaingan dengan kemajuan zaman, sebagaimana yang jamak terjadi di berbagai kota-kota besar. Hal ini bukan terjadi akibat kebetulan semata, tetapi memang disengaja oleh Pemkot Kota Solo. Terbukti pemerintah daerah kota Solo ngotot mempertahankan berbagai penyelenggaraan tradisi-tradisi kuno khas Kraton Surakarta. Disamping sebagai usaha dalam pelestarian budaya asli daerah, kegiatan-kegiatan semacam ini juga sekaligus menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung. Mulai dari prosesi Kirab 1 Muharrom, perayaan Maulidan, hingga perayaan Sekaten, yang semuanya tetap rutin digelar meski zaman terus bergeser.

Bangunan Kraton Surakarta

Keseriusan pemerintah daerah dalam melestarikan nilai-nilai sejarah asli kota Solo juga dapat kita lihat dari keberadaan berbagai bangunan tua yang memiliki arsitektur khas zaman penjajahan. Lihat saja corak berbagai bangunan seperti Pasar Gedhe, Pasar Klewer, Masjid Agung, bekas Kantor Bank Indonesia, Balaikota, bahkan hingga Lodji Agung yang menjadi rumah dinas walikota Surakarta. Selain itu jika Anda mengamati dengan cukup teliti, niscaya Anda akan menyadari pula jika seluruh stasiun kereta api di Solo pada saat ini masih menggunakan berbagai bangunan bekas kaum londo sebagai tempat operasionalnya. Keberadaan Kraton Surakarta yang tetap lestari juga menjadi nilai tambah tersendiri mengingat betapa banyaknya goresan-goresan sejarah yang terjadi di balik temboknya. Hal semacam ini tentu patut diapresiasi agar nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam bangunan-bangunan tersebut senantiasa lestari hingga zaman anak cucu kita mendatang.

Sentuhan budaya tradisional asli Solo lainnya ialah batik. Tentu para pembaca sudah tidak asing dengan jenis pakaian yang satu ini kan? Solo, merupakan salah satu sentra pembuatan batik yang unik. Saya katakan unik, karena pusat pembuatannya rata-rata terfokus ke dua titik yang disebut sebagai Kampung Batik. Yaitu daerah Laweyan dan Kauman. Kedua Kampung ini masyhur sebagai daerah penghasil batik-batik tradisional yang mayoritas produknya merupakan handmade. Batik sendiri merupakan sebuh karya asli bangsa Indonesia yang menyimpan berbagai makna filosofis dalam setiap  motifnya. Mulai dari Sidomukti yang berisi harapan agar pernikahan seseorang langgeng hingga motif Sekar Jagad yang berisi doa supaya senantiasa hidup bahagia. Unik bukan? Jika Anda semakin penasaran, kunjungi saja kota kami, Solo, dan sempatkan waktu Anda untuk mengamati lebih banyak filosofi lainnya :-)
Suasana Lengang Kampung Batik Laweyan

Kampung Batik Kauman
Perpaduan antara sisi modern dan tradisional inilah yang membuat saya menjuluki kota Solo sebagai kota berwajah dua, seperti judul diatas. Tentunya bukan dalam konotasi negatif yang melambangkan nilai-nilai kemunafikan, namun dalam artian positif yang seharusnya mengundang puji dan decak kagum dari orang-orang. Kota Solo, dalam pandangan pribadi saya, mampu menunjukkan jika identitas asli budaya bangsa dapat berjalan beriringan dengan arus modernisasi yang berlangsung. Malah, kedua aspek tersebut berjalan saling melengkapi sehingga menjadi perpaduan unik sekaligus khas.  


Kondisi Asri City Walk Slamet Riradi

Semua keindahan itu diikuti pula dengan tatanan kota Solo yang luar biasa rapi. Jika Anda tidak percaya, saya tantang Anda untuk berjalan menyusuri Jalan Slamet Riyadi yang begitu masyhur itu. Niscaya Anda akan melihat jika ada begitu banyak bangunan-bangunan tempo doeloe yang berjejeran dengan gedung-gedung modern. Selain itu, jalan protokol ini dibagi menjadi beberapa segmen yang berfungsi mempermudah para wisatawan. Seperti ada segmen khusus dimana wisata kuliner difokuskan di satu tempat, yaitu sekitar daerah Brengosan-Gendengan atau di daerah Gladag dengan GALABO-nya. Atau juga segmen khusus budaya seperti daerah sekitar Museum Radya Pustaka dan Taman Sriwedari dengan berbagai pegelarannya. Ditambah dengan adanya pohon-pohon besar yang sengaja ditanam di sepanjang city walk agar mampu menyegarkan udara bagi para pejalan kaki yang melintasinya.

Wow, bayangan apa yang akan muncul ketika Anda sekeluarga berlibur ke kota ini? Tradisional Touching dibalut dengan arus globalisasi yang notabene futuristik yang diikuti tata kota luar biasa pastinya akan membuat Anda semua merasa mengalami momen seakan-akan berada dalam ruang waktu, atau bisa jadi menimbulkan kesan seakan-akan berada dalam sebuah museum raksasa. So tunggu apa lagi, segera rencanakan liburan Anda untuk mampir ke kota kami. Dan sempatkan diri Anda untuk mengamati 2 sisi berlainan dari Kota yang dijuluki The Spirit of Java ini. Bahkan saya dengan senang hati menawarkan kediaman saya sebagai penginapan gratis bagi para backpacker sejati. Ada yang berminat?




Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...