Selamat Datang di Konsep Pemenang
--blogspot.com--

Minggu, 01 Desember 2013

SOLO: Kota dengan Dua Wajah

Hey kawan, sudah pernahkah Anda mampir ke kota kami, Solo? Atau malah pernah tinggal di kota yang dijuluki sebagai The Spirit of Java ini? Atau  sempatkah Anda barang sejenak meluangkan sedikit waktu untuk mengamati kota asal Joko widodo ini? Kalau salah satu jawaban Anda adalah ‘iya’, berarti seharusnya Anda paham dengan judul diatas. Namun jika seluruh jawaban Anda adalah kata ‘tidak’, maka bersiap-siaplah kecewa. Karena bisa jadi Anda memiliki persepesi yang salah dengan judul diatas. Piye bro, sudah  bisa menangkap apa yang akan saya ulas kan?



Jujur, sekian tahun tinggal di kota yang dulunya merupakan pusat pemerintahan Jaka Sembung, eh Jaka Tingkir ini, membuat saya sadar akan berbagai keunikan khas kota Solo ini. Yang mana keunikan ini sangat jarang saya dapati di berbagai daerah lain seantero Indonesia. Saya akhirnya memahami jika ternyata kota Solo ini memiliki 2 wajah yang saling berlawanan!! Gimana, pada penasaran kan?  Yaudah, lanjut aja baca artikel ini sampai tuntas... :p

Tatanan kota Solo, dari ujung ke ujung, ternyata menyimpan berbagai pesona yang menakjubkan. Karena kota ini mampu mewujudkan sisi modern dari sebuah permukiman manusia yang luar biasa hebat. Terbukti dengan menjamurnya berbagai pusat perbelanjaan di kota Solo ini. Mulai dari Solo Grand Mall di pusat kota, hingga Solo Squere yang berada di sekitar daerah perbatasan Solo-Sukoharjo. Ditambah pula dengan maraknya bermacam-macam hotel berbintang, restoran mewah, dan hunian-hunian berbentuk apartemen. Komoditas transportasi massal pun dari ke hari semakin mapan dan terus membaik. Apalagi berbagai kemajuan ini ditunjang dengan letak geografis kota Solo yang begitu strategis. Dimana kota Solo menjadi penghubung utama terhadap arus kendaraan yang menuju Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Sehingga wajar, jika kota Solo menjadi jujukan utama bagi para pelancong maupun para pebisnis yang secara tidak langsung turut serta mengembangkan kota Solo hingga menjadi seperti saat ini.


Festival Seni di Taman Sriwedari

Tapi Kawan, satu hal yang membuat Kota Solo berbeda dengan kota-kota modern lainnya ialah sisi tradisional yang masih terasa begitu kental mewarnai budaya masyarakatKota Solo ini. Traditional Touching alias sentuhan budaya tradisional yang ada di kota Solo mampu terus berkembang melengkapi setiap jengkal kemajuan perdaban kota Solo. Bukan malah tergerus terimpit persaingan dengan kemajuan zaman, sebagaimana yang jamak terjadi di berbagai kota-kota besar. Hal ini bukan terjadi akibat kebetulan semata, tetapi memang disengaja oleh Pemkot Kota Solo. Terbukti pemerintah daerah kota Solo ngotot mempertahankan berbagai penyelenggaraan tradisi-tradisi kuno khas Kraton Surakarta. Disamping sebagai usaha dalam pelestarian budaya asli daerah, kegiatan-kegiatan semacam ini juga sekaligus menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung. Mulai dari prosesi Kirab 1 Muharrom, perayaan Maulidan, hingga perayaan Sekaten, yang semuanya tetap rutin digelar meski zaman terus bergeser.

Bangunan Kraton Surakarta

Keseriusan pemerintah daerah dalam melestarikan nilai-nilai sejarah asli kota Solo juga dapat kita lihat dari keberadaan berbagai bangunan tua yang memiliki arsitektur khas zaman penjajahan. Lihat saja corak berbagai bangunan seperti Pasar Gedhe, Pasar Klewer, Masjid Agung, bekas Kantor Bank Indonesia, Balaikota, bahkan hingga Lodji Agung yang menjadi rumah dinas walikota Surakarta. Selain itu jika Anda mengamati dengan cukup teliti, niscaya Anda akan menyadari pula jika seluruh stasiun kereta api di Solo pada saat ini masih menggunakan berbagai bangunan bekas kaum londo sebagai tempat operasionalnya. Keberadaan Kraton Surakarta yang tetap lestari juga menjadi nilai tambah tersendiri mengingat betapa banyaknya goresan-goresan sejarah yang terjadi di balik temboknya. Hal semacam ini tentu patut diapresiasi agar nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam bangunan-bangunan tersebut senantiasa lestari hingga zaman anak cucu kita mendatang.

Sentuhan budaya tradisional asli Solo lainnya ialah batik. Tentu para pembaca sudah tidak asing dengan jenis pakaian yang satu ini kan? Solo, merupakan salah satu sentra pembuatan batik yang unik. Saya katakan unik, karena pusat pembuatannya rata-rata terfokus ke dua titik yang disebut sebagai Kampung Batik. Yaitu daerah Laweyan dan Kauman. Kedua Kampung ini masyhur sebagai daerah penghasil batik-batik tradisional yang mayoritas produknya merupakan handmade. Batik sendiri merupakan sebuh karya asli bangsa Indonesia yang menyimpan berbagai makna filosofis dalam setiap  motifnya. Mulai dari Sidomukti yang berisi harapan agar pernikahan seseorang langgeng hingga motif Sekar Jagad yang berisi doa supaya senantiasa hidup bahagia. Unik bukan? Jika Anda semakin penasaran, kunjungi saja kota kami, Solo, dan sempatkan waktu Anda untuk mengamati lebih banyak filosofi lainnya :-)
Suasana Lengang Kampung Batik Laweyan

Kampung Batik Kauman
Perpaduan antara sisi modern dan tradisional inilah yang membuat saya menjuluki kota Solo sebagai kota berwajah dua, seperti judul diatas. Tentunya bukan dalam konotasi negatif yang melambangkan nilai-nilai kemunafikan, namun dalam artian positif yang seharusnya mengundang puji dan decak kagum dari orang-orang. Kota Solo, dalam pandangan pribadi saya, mampu menunjukkan jika identitas asli budaya bangsa dapat berjalan beriringan dengan arus modernisasi yang berlangsung. Malah, kedua aspek tersebut berjalan saling melengkapi sehingga menjadi perpaduan unik sekaligus khas.  


Kondisi Asri City Walk Slamet Riradi

Semua keindahan itu diikuti pula dengan tatanan kota Solo yang luar biasa rapi. Jika Anda tidak percaya, saya tantang Anda untuk berjalan menyusuri Jalan Slamet Riyadi yang begitu masyhur itu. Niscaya Anda akan melihat jika ada begitu banyak bangunan-bangunan tempo doeloe yang berjejeran dengan gedung-gedung modern. Selain itu, jalan protokol ini dibagi menjadi beberapa segmen yang berfungsi mempermudah para wisatawan. Seperti ada segmen khusus dimana wisata kuliner difokuskan di satu tempat, yaitu sekitar daerah Brengosan-Gendengan atau di daerah Gladag dengan GALABO-nya. Atau juga segmen khusus budaya seperti daerah sekitar Museum Radya Pustaka dan Taman Sriwedari dengan berbagai pegelarannya. Ditambah dengan adanya pohon-pohon besar yang sengaja ditanam di sepanjang city walk agar mampu menyegarkan udara bagi para pejalan kaki yang melintasinya.

Wow, bayangan apa yang akan muncul ketika Anda sekeluarga berlibur ke kota ini? Tradisional Touching dibalut dengan arus globalisasi yang notabene futuristik yang diikuti tata kota luar biasa pastinya akan membuat Anda semua merasa mengalami momen seakan-akan berada dalam ruang waktu, atau bisa jadi menimbulkan kesan seakan-akan berada dalam sebuah museum raksasa. So tunggu apa lagi, segera rencanakan liburan Anda untuk mampir ke kota kami. Dan sempatkan diri Anda untuk mengamati 2 sisi berlainan dari Kota yang dijuluki The Spirit of Java ini. Bahkan saya dengan senang hati menawarkan kediaman saya sebagai penginapan gratis bagi para backpacker sejati. Ada yang berminat?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...